BROMO TENGGER YANG EKSOTIS


Sumber : mooindie

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah wilayah pegunungan di Jawa Timur, Indonesia. Terletak di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang. Taman Nasional ini seluas 50.276,3 hektar. dengan ketinggian:750-3.676 Mdpl; curah hujan rata-rata: 6.600 mm/tahun. Letak geografis: 7°51’ – 8°11’ LS, 112°47’ – 113°10’ BT ; temperature udara : 3°-20 °C

Daerah Tengger sebelumnya merupakan hutan lindung, hutan produksi, serta cagar alam dan hutan wisata sebelum ditetapkan sebagai taman nasional. Kongres Taman Nasional Sedunia yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, pada tanggal 14 Oktober 1982 telah mempertimbangkan berbagai fungsi, termasuk kebutuhan untuk melindungi alam dan lingkungannya, serta memperhatikan berbagai potensi tradisional kuno yang ada. Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan wilayah Bromo Tengger Semeru sebagai taman nasional pada 12 November 1992.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan gabungan dari beberapa kawasan. Yakni Cagar Alam Laut Pasir (5.250 ha), Cagar Alam Ranu Kumbolo (1.340 ha), dan Cagar Alam Ranu Pani – Ranu Regulo (96 ha). Taman wisata terpadu Ranu Darunan (380 ha) dan Taman Wisata Tenger Laut Pasir (2,67 ha). Sedangkan hutan produksi campuran dan hutan lindung dikelola oleh Perum Perhutani Unit II Provinsi Jawa Timur, dengan luas 43.210,20 ha.
Taman Nasional ini juga merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki lautan pasir seluas 10 km yang disebut Tengger, tempat di mana empat anak gunung berapi baru berada. Anak gunung berapi tersebut adalah Gunung Batok (2.470 m), Gunung Kursi (2.581 m), Gunung Watangan (2.601 m), dan Gunung Widodaren (2.650 m).
Selain sebagai konservasi, TNBTS terus dikembangkan menjadi kawasan wisata. Beberapa area wisata primadona yang sudah dikelola yaitu Kawah Gunung Bromo dan Gunung Semeru yang masuk area TNBTS. Sementara lokasi wisata lainnya berada di jalur pendakian Gunung Semeru, seperti Desa Wisata Ranu Pane, Ranu Kumbolo, Kalimati, Arcopodo.
BromoTengger, dengan kekayaan flora, fauna, dan ekosistemnya yang menakjubkan, memang merupakan destinasi wisata yang sangat menarik. Masyarakat Adat Tengger, yang telah lama tinggal di kawasan ini juga memberikan warna budaya dan tradisi yang unik. Kombinasi antara keindahan alam dan kekayaan budaya ini akhirnya menjadikan Bromo Tengger Semeru sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional yang sangat Eksotis dan mengagumkan.

Keindahan Wisata tersebut dapat pembaca simak di Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=Ly7OA7JTRww

Sejarah Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), adalah salah satu kawasan konservasi ikonik Indonesia, dengan keindahan lanskap vulkaniknya. Sebelum statusnya sebagai taman nasional, Pegunungan Tengger telah dinyatakan sebagai cagar alam. Kawasan ini juga dikelola sebagai hutan wisata, hutan produksi, dan hutan lindung, dimana hal itu mencerminkan upaya untuk melestarikan lingkungan dan ekosistemnya.
Pada 14 Oktober 1982, TNBTS diusulkan sebagai calon taman nasional pada Kongres Taman Nasional Sedunia ke-III di Bali, di mana sebelas Kawasan Suaka Alam termasuk TNBTS diidentifikasi sebagai calon taman nasional. Kemudian, pada 12 Mei 1997, Menteri Kehutanan secara resmi menunjuk kawasan ini sebagai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Surat Penunjukan No. 278/Kpts-VI/1997, dengan luas 50.276,20 hektar. Penetapan ini semakin diperkuat pada 29 Juni 2005, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.178/Menhut-II/2005.
Pengelolaan dan Kelembagaan
Dalam periode 1982-1992, pengelolaan kawasan ini dilakukan oleh Balai KSDA IV Malang, sebagai bagian dari Proyek Pengembangan Suaka Alam dan Hutan Wisata/Taman Nasional. Pada 1992, Unit Pelaksana Teknis (UPT) TNBTS dibentuk, terpisah dari Balai KSDA IV Malang, berdasarkan SK Menhut No. 1049/Kpts-II/1992. Struktur organisasi berubah lagi pada 31 Maret 1997, menjadi Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997. Perubahan terakhir terjadi pada 2006, dengan penetapan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6186/Kpts-II/2006 dan Permenhut Nomor P.29/menhut-II/2006.

Tugas dan Fungsi BBTNBTS

Saat ini, BBTNBTS bertanggung jawab atas pelaksanaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem serta pengelolaan kawasan taman nasional sesuai peraturan perundang-undangan. Tugas ini mencakup perlindungan, penelitian, serta pengembangan pariwisata berkelanjutan, menegaskan pentingnya kawasan ini sebagai salah satu kekayaan alam dan tujuan konservasi Indonesia.

Kekayaan Flora dan Fauna Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


https://www.freepik.com.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang terletak di Jawa Timur, Indonesia, menyimpan kekayaan flora dan fauna yang sangat mengesankan. Kawasan ini, dikenal dengan tipe ekosistem sub-montana, montana, dan sub-alpin, menampilkan pohon-pohon besar dan berusia ratusan tahun serta keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah.
Menurut penelitian terbaru oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), terdapat lebih dari 1.025 jenis flora yang tumbuh di kawasan ini. Beberapa famili dominan di zona inti meliputi Moraceae, Araliaceae, Meliaceae, Euphorbiaceae, dan Apocynaceae, sementara semak belukar dan hutan didominasi oleh famili Solanaceae, Rubiaceae, Verbenaceae, dan Zingiberaceae.
Kawasan ini juga dikenal sebagai “Land of Edelweiss”, dengan tiga jenis edelweiss yang telah teridentifikasi: Anaphalis longofilia, Anaphalis javanica, dan Anaphalis viscida. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga menjadi habitat bagi 158 jenis anggrek, dengan 40 di antaranya merupakan spesies langka seperti Malaxis purpureonervosa yang endemik di Semeru Selatan dan Habenaria tosariensis yang endemik di TNBTS.
Dalam hal fauna, TNBTS adalah rumah bagi berbagai satwa langka dan dilindungi. Berdasarkan data dari tahun 2015, terdapat 38 jenis satwa liar yang dilindungi, termasuk 11 jenis reptil dan 14 jenis insecta. Beberapa spesies menarik di kawasan ini meliputi:
– Mamalia: Luwak (Paradoxurus hermaphroditus), rusa (Rusa timorensis), monyet kra (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus melas), dan ajag (Cuon alpinus javanicus).
– Burung: Alap-alap burung (Accipiter virgatus), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang-ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang dapat ditemukan di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
– Kupu-Kupu: Delias aurantiaca, Appias lyncida, Graphium sarpedon, Papilio amphrysus, Papilio paris, dan Triodes cuneifera.
Sehingga kekayaan flora dan fauna di TNBTS tidak hanya menjadikannya sebagai destinasi wisata yang menawan tetapi juga menegaskan pentingnya konservasi untuk melindungi keberagaman spesies dan ekosistem yang unik. TNBTS terus menjadi pusat penelitian ilmiah dan pariwisata berkelanjutan yang memainkan peran krusial dalam pelestarian alam di Indonesia.

Masyarakat Suku Tengger: Kehidupan dan Keunikan Budaya di Kawasan Bromo

Kawasan Bromo Tengger Semeru tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keberadaan masyarakat Tengger yang telah lama menetap di kawasan tersebut. Dengan sejarah panjang dan keunikan budayanya, suku Tengger merupakan bagian integral dari kawasan ini.


Sumber : mooindie

Sejarah dan Asal Usul

Masyarakat Tengger telah menghuni kawasan pegunungan Tengger sejak abad ke-9 Masehi, sejak zaman Kerajaan Medang di Jawa Timur. Sebagian besar komunitas ini tersebar di lebih dari 20 desa di Kecamatan Tosari dan Puspo (Kabupaten Pasuruan), Sukapura,Argosari,Sumber (Kabupaten Probolinggo), dua desa di Kabupaten Malang Poncokusumo dan Ngadisari), serta Desa Ranu Pane di Kabupaten Lumajang.
Meski keberadaan mereka dikenal luas, data mengenai jumlah pasti masyarakat Tengger sulit diperoleh, karena banyak yang telah berbaur dengan masyarakat lain. Di kalangan masyarakat, mereka dikenal dengan berbagai sebutan, seperti wong Brama, orang Bromo, atau wong Tengger.

Etimologi dan Identitas Budaya

Secara etimologi, istilah ‘Tengger’ berasal dari bahasa Jawa yang berarti “tegak” atau “diam tanpa bergerak.” Ada juga pendapat bahwa ‘Tengger’ merupakan singkatan dari “tengering budi luhur,” yang mencerminkan kepercayaan dan filosofi masyarakatnya.

Masyarakat Tengger berbeda dari masyarakat Jawa atau Madura. Dalam kategorisasi Ron Harley, masyarakat Tengger diklasifikasikan sebagai subkultur di bawah kategori Arek, Mataraman, dan Pendalungan. Bahasa mereka merupakan dialek dari bahasa Jawa Kuna, dengan perbedaan yang signifikan dari bahasa Jawa Mataraman.

Kepercayaan dan Ritual

Masyarakat Tengger memiliki sistem kepercayaan yang mirip dengan masyarakat Jawa abangan menurut Clifford Geertz. Mereka percaya pada danyang atau sing mbaureksa, roh penguasa tempat, roh leluhur dan menjalankan ritual slametan/nyadran. Penggunaan petungan (sistem numerasi) juga menjadi bagian penting dari kepercayaan masyarakat tengger, dimana dalam setiap aktifitas membangun rumah, menikahkan anak, bekerja dll. selalu memperhatikan hari baik dan sebagian mengacu pada kitab Betal Jemur Adam Makna. Masyarakat Tengger juga menggunakan doa/mantra yang dilantunkan oleh dukun/pemuka adat dan lafal mantra mereka sering kali mirip dengan mantra masyarakat Jawa.

Teori Asal Usul dan Legenda

Beberapa teori mengaitkan asal-usul suku Tengger dengan Majapahit. Masyarakat setempat percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari Majapahit meskipun seorang Antropolog Dwi Cahyono menyatakan bahwa masyarakat tengger sudah mendiami kawasan sekitar Gunung bromo saat Mpu Sindok memerintah pada abad ke 10. Prasasti Walandhit ( tanpa tahun) di daerah Penanjakan Desa Wonokitri, menceritakan bahwa desa Walandhit di Pegunungan Tengger adalah tempat suci yang dihuni oleh Hyang Hulun, atau abdi dewata dimana penduduknya berkewajiban melakukan persembahan kepada Sang Hyang Gunung Brahma (Gunung Bromo) dan sampai saat ini kita bisa melihat berbagai ritual keagamaan oleh masyarakat Tengger.
Legenda juga memainkan peran penting dalam identitas suku Tengger. Mereka percaya bahwa mereka adalah keturunan Rara Anteng dan Jaka Seger, tokoh legendaris dalam cerita rakyat. Ada beberapa versi mengenai asal-usul mereka; ada yang menyebut Rara Anteng sebagai putri Kerajaan Majapahit yang menikah dengan Jaka Seger, sementara yang lain berpendapat bahwa keduanya adalah bangsawan Majapahit yang melarikan diri ke Tengger untuk menghindari penaklukan Islam.

Ciri Khas Budaya

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Tengger menggunakan bahasa Jawa-Tengger. Mereka mayoritas memeluk agama Hindu Budha, dengan adanya pura-pura seperti Pura Luhur Poten yang menandakan praktik keagamaan mereka. Rumah adat mereka memiliki bentuk atap yang unik, meruncing dan meninggi, mencerminkan ciri khas arsitektur Tengger.

Tradisi dan Upacara


Sumber : mooiindie

Masyarakat Tengger dikenal dengan berbagai tradisi dan upacara yang menarik, seperti Upacara Kasada atau Yadnya Kasada, Hari Raya Karo atau Yadnya Karo, dan Tradisi Unan-unan. Upacara Kasada, misalnya, merupakan ritual tahunan yang menarik perhatian banyak wisatawan dan peneliti karena kekayaan budaya dan keunikannya.
Dengan sejarah yang kaya dan budaya yang unik, masyarakat Tengger tidak hanya menambah nilai ekologi kawasan Bromo Tengger Semeru tetapi juga memberikan warna tersendiri pada keanekaragaman budaya Indonesia .

Sumber :
1.Kabupaten pasuruan Dalam Angka, Pasuruan Regency in Figures 2024 Volume 15, 2024
2.https://probolinggokab.bps.go.id/id
3.https://malangkab.bps.go.id/id

Moko.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *