Jakarta – Substansi dari rasa kebangsaan dan Kebinekaan adalah kesadaran untuk bersatu ditengah perbedaan sebagai suatu bangsa, karena rasa kesamaan dan kepentingan demi masa depan Indonesia.
Rasa kebangsaan dan Kebinekaan merupakan perekat yang mempersatukan sekaligus memberi dasar kepada seluruh masyarakat, untuk memahami jati diri bangsa. Rasa kebangsaan dan Kebinekaan ini harus semakin nyata tercermin dalam realitas kehidupan masyarakat.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Wartawan Republik Indonesia (DPP PWRI) Dr. Suriyanto PD, SH, M.Kn.
Suriyanto mengaku prihatin dengan kondisi bangsa saat ini yang mulai rapuh dari nilai-nilai Kebhinekaan. Menurutnya, ada sejumlah tokoh agama, yang mengeluarkan pendapat yang justru bisa mengoyak sendi-sendi persatuan dan kesatuan.
“ Saya sangat prihatin dengan mulai rapuhnya Kebhinekaan kita. Ada seorang tokoh agama, yang mengeluarkan statement yang tidak pada tempatnya, yang membawa-bawa nama pribumi, lalu membentur benturkannya, hanya untuk kepentingan kelompok tertentu, sehingga berpotensi menimbulkan gesekan antar umat maupun kelompok,” kata Suriyanto kepada awak media di Jakarta, Rabu 28 Desember 2022.
Suriyanto menegaskan, seorang tokoh, apalagi tokoh agama, harusnya memberi pernyataan yang menyejukkan, bukan pernyataan yang provokatif yang bisa menimbulkan kegaduhan dan gesekan di masyarakat.
“ Sebagai umat muslim, kita harus mempraktikkan cara beragama yang kaffah dengan mengamalkan pada tiga tingkatan persaudaraan ukhuwah, yaitu hubungan antar sesama penganut agama atau Ukhuwah diniyyah, hubungan antar sesama anak bangsa ukhuwah Wathaniyah, dan hubungan antar sesama manusia ukhuwah Insaniyyah,” tuturnya.
Suriyanto mengungkapkan, agama dalam pembangunan manusia dan kebudayaan, diarahkan agar dapat memberikan kekuatan pendorong kemajuan, memberikan landasan bagi masyarakat yang berakhlak, bermoral, dan beretika, mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang penuh toleransi.
Dalam mewujudkan ini, kata dia, tentunya diperlukan bantuan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk para tokoh elemen bangsa, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja.
“ Negara membutuhkan dukungan dari berbagai pihak guna meningkatkan semangat persatuan dan kebangsaan. Harmonisasi sosial dan solidaritas masyarakat adalah dua kebutuhan yang bersifat urgen saat ini. Kita harus menanamkan komitmen berdiri dan melangkah bersama memajukan pembangunan di negeri ini. Dua kebutuhan ini tidak boleh lagi ditawar-tawar oleh garis kepentingan golongan atau gerakan separatis apa pun dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Suriyanto menegaskan, dialog kebangsaan dan Kebhinekaan perlu dirajut terus menerus agar semua elemen bangsa dapat saling memberikan masukan yang konstruktif dan menjauhkan diri dari potensi perpecahan atau destruksi sosial.
“ Negeri ini kaya dengan kearifan lokal, toleransi, dan sikap penerimaan terhadap perbedaan keyakinan agama. Kita semua harus percaya itu sebagai anugerah Allah SWT, Tuhan Yang Maha kuasa untuk kebaikan bersama. Ini artinya keberagaman merupakan kekayaan dan fasilitas dari Tuhan untuk kita saling mengenal satu sama lain agar kita bisa belajar memahami dan menerima perbedaan sebagai kekuatan membangun negeri yang kita cintai ini,” tandasnya.